BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Maslah
Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 dijelaskan
tentang tujuan pendidikan nasional
Bahwa; tujuan pendidikan nasional adalah untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Di era globalisasi, masalah yang terjadi
sangat bervariasi , masalah tersebut tidak hanya terjadi d dalam kehidupan
masyarakat , namun sudah nasuk ke dalam dunia pendidikan sebagainyang kita
ketahui bahwa konselor di sekolah
berfungsi untuk menangani masalah yang ada di sekolah baik berupa kekerasan
fisik, maupun non fisik yang dialami oleh siswa/siswi sekolah. Disini peran bimbingan konseling d perlukan ,
untuk menahsehati siswa yang bemasalah.
Perilaku menyimpang dapat didefenisikan penyimpangan terhadap peraturan orang tua, seperti pulang terlalu malam, penyimpangan terhadap tata karma masyarakat, seperti duduk mengangkat kaki dihadapan orang yang lebih tua, dan penyimpangan terhadap hokum seperti membawa ganja kesekolah dan mencuri, pola perilaku menyimpang adala tingkah laku yang tidak diinginkan oleh guru namun di sengaja oleh siswa. Sedangkan penyimpangan belajar adalah tingkah laku yang tidak diinginkan oleh guru dan siswa memang tidak tahu bahwa tingkah laku tersebut adalah melanggar aturan.
Kenakalan remaja remaja sering kali
muncul di berbagai daerah , perilaku remaja yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku sehingga seringkali pergaulan ini
menyebabakan masalah social apabila tidak ada pengawasan yang ketat dari
berbagai pihak yang terkait seperti keluarga, lingkungan, pemerintah maupun
sekolah.
B.
Pembatasan
masalah
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian
ini adalah untuk mencari efektifitas konseling kelompok dengan menggunakan
teknik penguatan positif untuk menanggulangi
perilaku menyimpang pada siswa
kelas 2 SMP Negeri 1 Denpasar, Tahun
pelajaran 2012/2013.
C.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas , dapat dirumuskan permasalahan; apakah
konseling kelompok dengan menggunakan
teknik penguatan positif untuk
menanggulangi perilaku menyimpang pada siswa
kelas 2 SMP Negeri 1 Denpasar, Taun pelajaran 2012/2013.
D.
Tujuan
Penelitian
Tujuan ini memiliki tujuan untuk mengetahui
apakah konseling kelompok dengan menggunakan teknik penguatan positif dapat
menanggulangi perilaku menyimpang pada
siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Denpasar, tahun pelajaran 2012/2013.
E.
Manfaat
Penelitian
Dalam penelitian ini, manfaat penelitian akan
ditinjau dari dua sisi yaitu dari sisi kegunaan teoristi dan kegunaan praktis.
1. Manfaat Teoristis
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan
dapat bermanfaat untuk mengembangkan teori-teori maupun konsep-konsep layanan
konseling dan perilaku menyimpang bagi siswa dalam dunia pendidikan.
2. Manfaat praktis
a.
Bagi sekolah, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi guru sebagai
bahan kajian dalam memberikan layanan.
b.
Bagi guru BK, penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pemahaman dan pemberian layanan
konseling.
c. Bagi
siswa, penelitian ini diharapkan dapat membantu sisiwa dalam bertingkah laku
kearah yang positif.
2
Asumsi
Asumsi didefenisikan sebagai sesuatu yang
kebenarannya sudah diterima tanpa melalui pembuktian terlebih dahulu, hal ini
sependapat yang disampaikan oleh Rinjin; “ yang diasumsikan adalah sesuatu yang
tidak diselidiki”,(Rindjin,1980;19) The liang gie; asumsi adalah
keterangan-keterangan yang diterima tanpa pembuktian lebih lanjut untuk menjadi
dasar awal atau pengangan dalam suatu pembincangan,
Berdasarkan dua pendapat diatas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa asumsi adalah keterangan-keteramgan yang diterima
tanpa pembuktian lebih lanjut untuk menjadi dasar awal atau pegangan dalam
penelitian.
Karena
factor-faktor yang berpengaruh terhadap variable penelitian yang akan
diselidiki
sangat komplek dan penelitian tidak
mungkin meneliti secara keseluhruhan, maka dipandang perlu mengasumsikan
beberapa hal yang pengaruhnya sangat dekat dengan
variable
penelitian ini, adapun hal-hal yang diasumsikan antara lain,
1)
Instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data
tentang peerilaku menyimpang pada siswa adalah observasi di lapangan.
2)
Kondisi siswa yang diteliti dalam keadaan sehat.
3)
Suasana saatvpenelitian diasumsikan dalam
keadaan yang kondusif.
BAB II
LANDASAN TEORI, KERANGKAN BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A.
Landasan teori
1.
Konseling kelompok
1.1 Pengertian konseling kelompok
Bimbingan dan konseling bertujuan untuk
membantu siswa mencapai perkembangan yang optimal melalui bebagai bentuk
layanan baik layanan yang bersifat individu maupun layanan yang bersifat
kelompok. Dalam rangka mencapai perkembangan optimal, siswa senantiasa
diharapkan pada berbagai permasalahan yang berkaitan dengan proses pertumbuhan
dan perkembangan yang sedang mereka jalani baik yang berkaitan dengn masalah
pribadi , sosial pendidikan dan karier.
Konseling kelompok diartikan sebagai proses
interpersonal yang dinamis yang memusatkan pada kesadaran berpikir dan tingkah
laku serta berorientasi pada kenyataan-kenyataan,
Jadi, berdasarkan pendapat di atas dapat di simpulkan, Konseling kelompok adalah suatu hubungan
antara konselor dengan satu atau lebih klien yang penuh perasaan penerimaan,
kepercayaan dan rasa aman, dan Klien belajar menghadapi , mengekspresikan tingkah
lakunya.
1.2 Tujuan konseling kelompok
Konseling kelompok seperti halnya dengan
layanan yang lain dalam bimbingan dan konseling memiliki tujuan yang beragam
seperti pemecahan masalah baik yang ringan maupun yang berat, perubahan
pandangan, sikap, dan tingkah laku. Dink Mayer & J. J. Muro (1979,11)
mengemukakan tujuan yang dapat dicapai siswa sebagai anggota konseling kelompok yaitu;
1. Mencari identitas dengan
mengidentifikasi tujuan.
2. Pemahaman mengenai minat, kemampuan dan bakat.
3. Meningkatkan kemampuan untuk
mengindentifikasi kesempatan atau memilih bakat, minat dan kemampuan.
4. Ketrampilan berhubungan dengan orang
lain
5. Kepekaan terhadap kebutuhan orang
lain.
6. Meningkatkan ketrampilan komunikasi.
7. Meningkatkan ketrampilan untuk
mengisi peran orang lain.
1.3 Fungsi konseling kelompok
Apabila dikaji berdasarkan
penyelenggaraannya dan dari segi siswa sebagai anggota kelompok, maka konseling
kelompok banyak memberikan manfaat bagi para siswa di sekolah. Dalam setting
sekolah, kegiatan konseling kelompok
dapat membantu siswa dalam penyesuaian sosial di lingkungan yang baru, karan dorongan dari
teman sebaya amat penting yang dapat memotivasi mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat.
Pengertian positif adalah memberikan penguatan
yangmenyenangkan setelah tingkah laku yang diinginkan ditampilkan yang
bertujuan agar tingkah laku yang diinginkan cenderung akan diulang meningkat
dan menetap di masa akan datang.
2. Penguatan positif
2.1 Pengertian penguatan positif
Penguatan
positif, yaitu peristiwa atau sesuatu yang membuattingkah laku yang di
kehendaki berprluang diulang karena bersifat dii senangi. Jadi penguatan
positif adalah teknik dalam konseling yang memberikan penguatan yang
menyenangkan sehingga tingkah laku yang dikehendaki berpeluang untuk d ulang
kembali.
2.2
Prinsip-prinsip penerapan penguatan positif (reinforcement positif)
Dalam
menggunakan penguatan positif, konselor perlu memberikan prinsip-prinsip reinforcement agar mendapatkan asl yang maksimal.
Prinsip-prinsip reinforcemen antara
lain;
1. Penguatan positif pada penampilan
tingkah laku,
2. Tingkah laku yang diinginkan
diberibpenguatan segera setelah tingkah laku tersebut di tampilkan.
3. Ketika tingkah laku yang diinginkan
sudah dapat dilakukan dengan baik, penguatan di berikan secara berkala dan pada
akhirnya di hentika,
4. Pada tahap awal, penguatan sosial
selalu diikuti dengan penguatan yang
berbentuk benda.
2.3 Hubungan penguatan (Reinforcement) dan tingkah laku
1. Reinforcement diikuti oleh tingkah
laku .
2. Tingkah laku yang harus diberi reinforcement segera setelah di tampilkan.
3. Reinforcement harus sesuai dan bermakna bagi individu atau
kelompok yang di beri.
2.4 Jenis-jenis penguatan (reinforcement)
Terhadap tiga
jenis reinforcement yang dapat di gunakan untuk modifikasi tingkah laku yaitu;
1. primary reinforcement atau uncondition reinforce
yaitu reinforcement yang langsung bisa
di nikmati seperti makanan dan minuman.
2. Secondary reinforce. Pada umumnya tingkah laku manusia berhubungan dengan ini, misalnya uang, senyuman, pujian,
mendali, pin, hadiah, dan keberanian.
3. Contingency reinforcement yaitu tingkah laku tidak menyenangkan dipakai sebagai syarat agar anak
melakukan tingkah laku menyenangkan.
2.5 Manfaat
teknik penguatan positif
Teknik penguatan positif memiliki beberapa
manfaat, diantaranya;
1. Mengontrol dan memotivasi perilaku
yang negatif.
2. Menumbuhkan rasa percaya diri siswa
untuk mengatur diri sendiri dalam belajar.
3. Memberikan motivasi kepada siswa.
Untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang mengganggu.
4. Dapat mendorong siswa untuk
meningkatkan belajar secara mandiri.
2.4 Langkah-langkah pemberian
penguatan (reinforcement)
Ada
langkah-langkah sebagai berikut;
1.
Mengumpulkan
informasi tentang permasalahan
2. Memilih perilaku target yang ingin
ditingkatkan
3.
Menetapkan
data awal (perilaku awal
4.
Menentukan
penguatan yang bermakna
5.
Menetapkan
jadwal pemberian penguatan
6.
Penerapan
penguatan positif
3
Perilaku menyimpang
3.1 Pengertian Perilaku Menyimpang
“Perilaku
menyimpang adalah perbuatan melawan hokum, anti sosial, anti susiladan
melanggar norma-norma agama” (Sudarmono, 1991;102). Sedangkan kartono (1993;34)
:perilaku menyimpang adalah perilaku yang tidak dapat diterima oleh ligkungan
masyarakat sekitarnya”. Yang di maksud perilaku menyimpang dalam penelitian ini
adalah perilaku para siswa yang tidak sesuai dengan normo-norma sosial,
peraturan-peraturan maupun ketentuan-ketentuan yang berlaku baik di dalam
lingkungan keluarga, sekolah maupun di dalam lingkungan Bentuk-bentuk
masyarakat.
3.2 Bentuk-bentuk perilaku menympang
Kartono
(1993;72) menyebutkan bentuk perilaku menyimpang dibedakan menjadi 3, yaitu;
a.
Perilaku
menyimpang yang pasif, yang termasuk dalam aspek ini, seperti; kurang percaya
diri, tidak mampu menyesuaikan diri.
b.
Perilaku
menyimpang yang agresif, seperti; membuat kegaduhan dan membolos.
c. Gejala spiko-somatik memiliki simtom pada gangguan fisiologi, cepet marah
(emosional)/cepat tersinggung dan berbagai akibat dari gangguan psikis yang
Nampak pada pisik.
3.3 Faktor penyebab Perilaku Menyimpang
Faktor
perilaku menyimpang terdiri dari factor internal dan factor eksternal .
soetarlinah soekadji (1983;64).
Faktor internal merupakan faktor penyebab
yang berasal dari dalam diri seseorang, sepeerti; kebutuhan yang tidak
terpenuhi, motif-motif tertentu, kecemasan, konflik bathin, kecewa, kemampuan
yang rendah, kepribadian yang kaku, egoistis, kurang percaya diri, serta kelaianan-kelainan
fisik dan psikis
Faktor eksternal merupakan fakto-faktor
penyebab dari luar diri seseorang seperti lingkungan geografis, lingkungan
sosial lingkungan (keluarga, sekolah dan masyarakat).
Situasi
dan kondisi yang kondusif akan menumbuhan perilaku ysng konstruktif dan begitu
juga sebaliknya, kondisi yang kurang harmonis, kaku dan tidak terkondisi dapat
menimbulkan perilaku menyimpang pada anak.
B. Kerangka berpikir
Masalah penyimpangan perilaku
timbul karena banyak faktor yang
mempengaruhi, seperti faktor individu
tidak bisa menyesuaikan diri , baik di dalam lingkungan fisik maupu lingkungan sosialnya. Timbulnya
suatu masalah di sebabkan oleh dua
factor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan
faktor penyebab yang berasal dari diri seseorang, seperti kebutuhan yang tidak
terpenuhi, motif-motif tertentu, kecemasan konflik bathin, kecewa, kemampuan
rendah , kurang percaya diri, dan kepribadian kaku/egois. Faktor eksternal merupakan faktor penyebab dari luar diri seseorang, seperti lingkungan
geografis, lingkungan sosial (keluarga, sekolah dan masyarakat).
Dipandang dari sudut psikologis penyimpangan perlaku, pendidikan dapat dipandang
sebagai bantuan untuk menanggulangi penyimpangan perilaku khususnya pelanggaran
tata tertib sekolah. Dalam penyelesaian masalah kebiasaan perilaku menyimpang
di sekolah yaitu teknik penguatan positif, karena dengan teknik ini dapat
memberi motivasi kepada siswa untuk mengontrol
dan merubah perilaku yang menyimpang , proses penanggulangan
penyimpangan perilaku dikalangan siswa khususnya layanan konseling individu, dinyatakan
mampu mengembangkan individu ke arah yang positif sehingga potensi untuk ke arah
yang menyimpang bisa dikurangi.
Berdasarkan paparan di atas dapat diduga bahwa layanan konseling
kelompok dengan teknik penguatan positif dapat menanggulangi perilaku
menyimpang pada siswa kelas 2 SMP Negeri 1 Denpasar Tahun pelajaran 2012/2013.
C. Hipotesis
Suharsimi Arikunto (2OO2; 64), menyatakan bahwa “hipotesis dapat
diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul”. Sedangkan Dantes (1986;
8) menyatakan bahwa “hipotesis adalah jawaban sementara yang diajukan sebagai
pemecahan masalah”.
Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hipotesis
suatu jawaban yang bersifat sementara belum tentu kebenarannya.
Mengacu kepada karangka konseptual diatas, maka dapat diketengahkan
rumusan hipotesis; bahwa konseling kelompok dengan teknik penguatan positif
dapat menanggulangi perilaku menyimpang
pada siswa kls 2 SMP Negeri 1 Denpasar Tahun pelajaran 2012/2013.
1 komentar:
maaf akan lebih baik bila disertakan catatan kaki berisi sumber
Posting Komentar